menu
Close
KITA JANGAN MAU SUMUT TERUS DIOLOK-OLOK!

 

Hari berangsur beranjak malam. Lantunan azan Magrib sudah menggema beberapa saat lalu dari Masjid Agung Medan, lantang dari menaranya yang tegak menjulang, persis di sebelah Kantor Gubernur Sumatera Utara. Aktivitas padat seharian pastilah sudah membuatnya lelah, dan jika jeli diteliti, penat itu memang bisa terlihat dari raut wajahnya.

Akan tetapi, Agus Fatoni, pria yang belum genap sebulan lalu memulai tugas sebagai Penjabat Gubernur Sumatera Utara itu tetap bersungguh hati menunjukkan keramahan, antusiasme, dan kegembiraan menyambut kami. "Jam segini masih terhitung siang buat saya, Bang," katanya setengah berkelakar. "Saya selalu berikhtiar agar pekerjaan hari ini selesai hari ini karena besok sudah banyak lagi tugas yang menunggu. Sejak di Sumut, agak turun memang berat badan saya sedikit."

Bersama tokoh masyarakat Sumut, RE Nainggolan, Rabu (17/7/2024) lalu kami berkunjung untuk membicarakan pencalonan Sabam Sirait menjadi Pahlawan Nasional.

Segera setelah tujuan utama pertemuan diselesaikan dengan cepat, efisien, dan taktis, Fatoni yang sebelumnya juga dipercaya menjadi Penjabat Gubernur di Sulawesi Utara kemudian Sumatera Selatan itu langsung membuka percakapan tentang gelaran PON ke-21 September mendatang.

"PON, bersama dengan Pilkada, akan menjadi tugas besar kita semua. Harus sukses ini. Saya memang selalu mengingatkan soal PON ini setiap bertemu dengan tokoh, berbagai komponen masyarakat, dengan siapa pun, di semua bentuk acara. PON ini harus sukses di semua aspek. Ini tentang ikhtiar menorehkan sejarah besar, tentang nama baik Sumatera Utara yang harus kita jaga bahkan terus besarkan," kata birokrat kelahiran Way Kanan, Lampung itu.

Sudah menapak puncak karier birokrasi pemerintahan sebagai Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah di Kemendagri pada usia 50 tahun sejak 2022 lalu, dia memang terlihat sangat menguasai dinamika pemerintahan daerah sampai ke hal yang paling rinci. "Saya pikir orang Sumut jangan mau lagi dijadikan olok-olok dengan berbagai predikat buruk. Entah niatnya bercanda atau bukan, tetapi itu harus kita lawan. Tidak sekadar dilawan dengan kata-kata tetapi lebih penting melalui kerja nyata. Kita tunjukkan, buktikan bahwa kita di sini jauh lebih baik daripada desas-desus di luar sana," katanya.

Begitupun, lanjut Fatoni, kita bekerja tidak untuk mendapatkan pujian atau dalam rangka menyenangkan semua orang. "Saya kira Bang RE, senior saya ini, sudah lebih paham bahwa tak mungkin semua orang senang sama kita. Nabi Muhammad SAW saja ada pembencinya, kok. Sampai harus hijrah meninggalkan negeri kelahiran yang sangat beliau cintai. Begitu juga dengan Yesus Kristus. Kurang baik apa mereka?

"Lagi pula memang ada orang yang kegemaran utamanya bergunjing, membicarakan hal-hal buruk tentang orang lain. Bahkan jika keburukan itu benar adanya, ia jatuh sebagai gibah. Tetap dosa. Apalagi kalau ternyata hanya fitnah. Makin besar dosanya. Saya selalu katakan manusia seperti itu berada di level paling rendah. Sedikit di atasnya manusia yang selalu melemparkan kritik, mengeluh tentang segala hal, menyalahkan semua orang. Kalau ada yang menganggap semua orang salah, sudah jelas itu bahwa yang baling itu sebenarnya dia sendiri. Masa tak ada yang benar?"

"Kita harus berupaya mencapai level kemanusiaan tertinggi, menjadi orang yang memberikan andil nyata, solutif, memberi jalan keluar, melakukan apa yang kita bisa, berpartisipasi sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masing-masing. Itu baru top!"

Pada bagian lain, Fatoni mengakui Sumut sendiri sebenarnya sangat kondusif. "Saya sudah lama dengar bahwa Sumut ini negeri harmoni. Keragaman yang sangat kaya, bisa disebut sebagai miniatur Indonesia, tetapi semuanya hidup rukun berdampingan. Sekarang saya sudah melihat, membuktikan, dan merasakannya lebih dekat. Kalaupun ada yang ribut-ribut, saya kira itu malah di luar sana. Biasalah itu," katanya.

Dia juga menyatakan kegembiraan akan sambutan antusias berbagai lapisan masyarakat. "Saya sungguh-sungguh mohon maaf jika belum bisa menerima niat baik berbagai pihak untuk audiensi, silaturahmi. Sungguh saya saya sangat miskin soal waktu. Badan saya cuma ini satu-satunya. Akan tetapi, jika ada informasi yang ingin disampaikan, saya membuka berbagai kanal. Ada akun media sosial. Saya bisa dijangkau di Instagram @agusfatoni_af. Saya juga minta semua pejabat memiliki akun media sosial. Bukan untuk jadi terlena menghabiskan waktu bermain medsos, tetapi sebagai media menyampaikan ke khalayak luas, terkait apa-apa yang telah, sedang, dan akan kita lakukan. Untuk sosialisasi, sekaligus juga menjadi saluran menerima aspirasi mereka melalui komentar bahkan pesan langsung di berbagai platform itu. Ini era terbuka. Tidak zamannya lagi akses informasi ditutupi," katanya.

RE Nainggolan, di pihak lain, menyebut Sumut memang butuh sosok pekerja keras seperti Fatoni. "Saya melihat Pak Gubernur sudah langsung menangani berbagai hal dengan taktis dan efektif. Menjadi sosok pendamai, pemersatu, fokus bekerja dan menjauhi kontroversi yang tidak perlu. Kami yakin, Bapak akan sukses dengan tugas besar ini. Kita semua akan menjadi bagian dari gemilang sejarah suksesnya PON Sumut 2024," kata birokrat sepuh itu.

Penulis: Toga Nainggolan

Berita Lainnya
Previous
Next