Leica Al Humaira Lubis tak akan pernah melupakan momen bersejarah di PON XXI Aceh-Sumut 2024. Dua hari setelah ulang tahunnya yang ke-20, ia bukan hanya merayakan debut di ajang terbesar olahraga nasional, tetapi juga membawa pulang medali emas di kelas -68 Kg. Kemenangan ini menjadi kado terbaik dalam hidupnya, setelah sempat hampir memutuskan berhenti dari dunia karate karena ketatnya persaingan di tim FORKI Sumut.

Tepatnya Selasa (17/9/2024), di Gedung Serba Guna Unimed, Leica mengukir namanya di jajaran atlet elit setelah mengalahkan Annisa Rizkia dari Jawa Barat di babak final. Perjalanan menuju puncak tak mudah, terutama saat ia harus menghadapi nama-nama besar seperti peringkat lima dunia, Ceyco Georgia Zefanya dari DKI Jakarta di perempat final dan Monika Reswara Kartika dari Jawa Timur di semifinal. Namun, tekad dan ketangguhan Leica mengantarkannya menuju kejayaan.

Sebagai atlet debutan di PON, prestasi ini menjadi pencapaian luar biasa. “Perasaannya pasti bangga dan terharu. Awalnya saya nggak yakin, apalagi lawan-lawan berat. Tapi dukungan dari orang-orang di sekitar saya membuat saya tetap percaya diri. Itu yang bikin saya bisa terus berjuang,” ungkap Leica penuh emosi.

Kemenangan atas karateka elit internasional seperti Ceyco Georgia di perempat final bukan berarti beban Leica berkurang. Justru, semakin mendekati final, tantangan terasa semakin berat. 

“Jujur, malah terasa lebih berat di semifinal dan final karena saya belum pernah ketemu lawan-lawan dari Jawa Timur dan Jawa Barat sebelumnya. Belum tahu gaya main mereka seperti apa,” jelasnya.

Kunci keberhasilan Leica adalah kepercayaan yang ia tanamkan pada dirinya sendiri, serta dukungan kuat dari keluarga dan orang-orang terdekat. 

"Percaya sama rencana Tuhan, percaya sama diri sendiri, dan dukungan dari orang-orang di sekitar saya, itulah yang bikin saya terus termotivasi," katanya.

Medali emas ini, bagi Leica, adalah hadiah yang ia persembahkan untuk dirinya sendiri. “Saya persembahkan medali ini untuk Leica di tahun 2022, yang kalah di Porprovsu. Hanya saya yang tahu betapa beratnya perjuangan ini,” tambahnya, mengenang masa-masa sulit yang hampir membuatnya berhenti dari karate.

Dukungan terbesar datang dari ayahnya, Andi Lubis, yang selalu mendorongnya untuk tidak menyerah. “Ayah yang selalu support. Saya sempat ingin berhenti karena saya berada di lapis kedua, tapi ayah tetap bilang, ‘Ayo, bisa dikit lagi’. Dan alhamdulillah, akhirnya saya bisa sampai di sini," tuturnya mengisahkan dengan mata berkaca-kaca. 

Leica yang baru berulang tahun pada 15 September lalu, menyebut emas PON XXI ini sebagai kado terindah setelah dia hanya menargetkan medali di debut PON-nya ini. 

“Saya sudah tahu sejak SMA bahwa PON ini terselenggara dekat dengan ulang tahun saya. Jadi medali adalah target besar saya. Saya bertekad dalam hati, Kado ulang tahunnya harus medali di PON, dan alhamdulillah, terkabul dapat emas pula,” ujarnya penuh syukur.

Leica pun siap menatap tantangan berikutnya. Jika SEA Games Thailand 2025 menjadi langkah selanjutnya, ia berkomitmen untuk bekerja lebih keras lagi dan memantaskan diri sebagai atlet yang bisa membawa nama Indonesia di kancah internasional.

Ketua Pengprov FORKI Sumut, Rahmat Shah, turut memuji keberhasilan Leica. “Dia adalah bibit kuat yang bagus. Kami harapkan dia bisa naik ke jenjang internasional, termasuk SEA Games. Saya yakin dia adalah calon juara untuk masa depan,” ujar Rahmat Shah.(*)