- Berita
- Arena
- 11 Sep 2024
MEDAN- Medali emas loncat indah nomor papan 1 meter memang menjadi milik Tri Anggoro Priambodo. Tapi, yang menjadi bintang dalam pertandingan itu bukan hanya Tri Anggoro. Tepuk tangan paling meriah dari penonton di Kolam Renang Selayang, Medan, justru diberikan kepada Nizam Ahmad.
Setiap Nizam selesai melakukan loncatan, seluruh penonton seperti satu kata untuk memberikan apresiasi kepadanya. Bukan berarti tak ada tepuk tangan untuk Tri Anggoro. Tetap ada tepuk tangan untuk peloncat indah DKI Jakarta itu. Sebab, loncatan Tri Anggoro memang menawan. Tapi, tepuk tangan paling riuh selalu untuk Nizam.
Bukan tanpa sebab Nizam mendapatkan tepuk tangan paling meriah. Peloncat indah Kalimantan Selatan itu memang terlihat paling "menonjol". Dari delapan peserta loncat indah nomor papan 1 meter Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara, posturnya paling kecil.
Dan Nizam memang masih kecil. Masih anak-anak. Usianya baru 13 tahun. Nizam pun tercatat sebagai peloncat indah paling muda di PON XXI. "Senang dan bangga rasanya bisa bermain di PON," ujar siswa SMPN 2 Banjarmasih itu.
Apalagi, menurut Nizam, dia bisa bertanding melawan peloncat indah idolanya, Ridho Akbar. "Tidak terbayangkan sebelumnya kalau saya bisa main lawan Kak Ridho. Senanh sekali saya bisa melihat langsung Kak Ridho. Loncatan-loncatan Kak Ridho yang keren," ungkapnya.
Nizam pun ingin bisa melakukan loncatan seperti peloncat indah Sumatera Selatan itu yang diidolakan tersebut. "Mimpi saya setelah ini adalah bisa meraih medali di kejuaraan nasional dan PON mendatang. Saya juga ingin masuk tim nasional," ucapnya.
Pertautan Nizam dengan loncat indah sendiri dimulai sejak dia berusia 9 tahun. Atau saat dirinya duduk di bangku kelas 3 SD. Saat itu, Nizam datang ke kolam renang di Banjarmasin dan langsung jatuh hati dengan papan loncat indah.
Dia pun langsung ikut berlatih loncat indah. "Seru bisa loncat dan salto ke air," katanya.
Sebelum berlatih loncat indah, anak dari pasangan Akhmad Aliansyah-Kiki Mindasari tersebut memang sudah senang melakukan salto saat bermain di sungai. Setiap kali bermain di Sungai Kelayan bersama teman-teman, Nizam selalu menjadi yang terdepan untuk urusan meloncat dan salto ke sungai yang tak jauh dari tempat tinggalnya itu.
Sejak kelas 1 SD, Nizam begitu gemar melakukan kegiatan itu di Sungai Kelayan. Karena itu, begitu melihat loncat indah, dia langsung jatuh hati. Dia pun rajin berlatih. Hasilnya, saat usianya baru 13 tahun atau empat tahun sejak dirinya berlatih loncat indah, Nizam bisa tampil di PON.
Pencapaian yang luar biasa. Ditambah lagi, hasil loncatannya pun tak kalah dari yang sudah senior. Nizam mampu duduk di peringkat 7 dari 8 peserta. "Sebenarnya saya grogi setiap menginjak papan. Sebab, lawan-lawan saya loncatannya keren-keren. Tapi, saya juga bangga bisa berada di sini" akunya. (*)