- Berita
- Press Release
- 18 Sep 2024
Deli Serdang - Di balik gemerlapnya pertandingan dan sorak-sorai penonton PON XXI Aceh-Sumut 2024 ada kisah tiga dara yang tak terlihat di layar, namun berperan penting di balik suksesnya perhelatan ini.
Inda Lestari, Endah Nurfebriyanti, dan Jeinan Chairunisa Asmilda Siregar, tiga sosok muda yang awalnya asing satu sama lain, dipertemukan dalam tugas sebagai volunteer humas.
Tak sekadar menjalankan tanggung jawab, pengalaman ini menjadikan mereka lebih dari sekadar rekan kerja. Mereka menjadi saudara dalam ikatan persahabatan yang tak terduga, terjalin di tengah hiruk-pikuk lapangan dan ketatnya jadwal pertandingan.
Selama 12 hari bertugas, Inda Lestari, mahasiswa UIN Sumatera Utara, menemukan pelajaran hidup yang tak pernah ia duga. Awalnya, ia hanya ingin menjalankan tugasnya sebagai volunteer humas, tetapi ternyata pengalaman ini mempertemukannya dengan banyak orang baru yang memperluas cara pandangnya. Dua teman yang lebih berpengalaman dalam tim humas menjadi tempatnya belajar dan berkembang.
“Dari mereka, aku belajar bahwa keluar dari zona nyaman itu perlu, agar kita bisa tumbuh dan memperoleh pengalaman yang lebih luas,” ungkap Inda dengan mata berbinar.
Tim media tempatnya bertugas tak sekadar memberikan arahan, mereka sudah seperti keluarga. Setiap hari, Inda dan tim harus memastikan segala kebutuhan wartawan terpenuhi, mulai dari konsumsi hingga data pertandingan. Meskipun terdengar sederhana, tugas-tugas ini mengajarinya pentingnya kerjasama dan tanggung jawab.
“Kenangan yang paling tak terlupakan tentu saja pertemuan dengan orang-orang luar biasa di sini. Dari atlet hingga penonton dari berbagai provinsi, semuanya memberikan warna tersendiri,” tambah mahasiswi Fakultas Pendidikan UIN Sumut itu.
Bahkan, ia sempat belajar sedikit bahasa Papua dari penonton yang datang dari ujung timur Indonesia.
Sementara itu, Endah Nurfebriyanti, mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU), merasakan pengalaman yang tak kalah berkesan. Baginya, menjadi volunteer humas bukan hanya sekadar tugas, tetapi kesempatan emas untuk menambah wawasan, terutama dalam bidang komunikasi.
“Aku belajar wawancara, mengambil gambar, dan membuat video. Semua ini menjadi pelajaran berharga yang nggak akan aku dapatkan di kampus,” ujarnya dengan penuh semangat. Tantangan koordinasi antar panitia yang sempat ia alami justru memperkuat rasa kebersamaan di tim.
“Walaupun terkadang ribet, tapi semua bisa diatasi berkat bantuan abang-abang media yang selalu mendukung kami,” kenang mahasiswi Fakultas MIPA USU itu.
Lain halnya dengan Jeinan Chairunisa Asmilda Siregar. Alumni Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ini awalnya tak menyangka akan ikut menjadi bagian dari tim humas PON XXI.
Ajakannya datang dari seorang teman, dan tanpa banyak berpikir, ia langsung menerimanya. Meski sempat merasa kurang cocok dengan sistem kerja di awal, dukungan teman-teman, terutama Endah, membuatnya bertahan. “Awalnya terasa berat, tapi kebersamaan dan dukungan teman-teman membuat semua jadi lebih mudah,” ujarnya.
Kini, mendekati akhir masa tugas, Jeinan merasa enggan untuk berpisah. “Rasanya campur aduk. Di satu sisi, ingin cepat selesai, tapi di sisi lain, sedih harus meninggalkan momen-momen indah ini,"ungkap calon Psikolog ini.
Bagi ketiganya, pengalaman ini bukan sekadar menjalankan tugas di balik layar pertandingan. Mereka telah menjadi bagian dari sebuah keluarga besar yang mendukung satu sama lain, dari panitia hingga tim media dan wartawan.
Anggi, seorang wartawan yang sering meliput pertandingan hoki lapangan, mengaku sangat terbantu dengan kehadiran para volunteer humas. “Mereka sangat sigap membantu, terutama saat saya membutuhkan data pertandingan dengan cepat,” ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Jaya, wartawan lain yang merasa pekerjaan menjadi lebih mudah berkat bantuan para volunteer ini. "Wah sangat membantu meringankan tugas saya sebagai videografer turnamen ini," kata Jaya.
Pengalaman tiga dara ini tidak hanya memperkaya mereka dengan keterampilan baru, tetapi juga memberikan pelajaran tentang kebersamaan dan solidaritas. Di balik hiruk-pikuk PON XXI, mereka tumbuh bersama, saling mendukung, dan menjalin ikatan yang lebih dari sekadar rekan kerja, mereka menjadi saudara. (PB PON XXI SUMUT/Ismail)