- Berita
- Spot Light
- 14 Sep 2024
MEDAN - Dalam dunia olahraga yang penuh dinamika, di mana setiap detik sangat berharga, inovasi dan transformasi digital menjadi krusial untuk bisa mengatasi kemajuan zaman. Industri olahraga telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir, dengan teknologi digital yang merevolusi cara atlet berlatih, tim merancang strategi, dan penggemar berinteraksi.
Tentunya, transformasi digital yang inovatif akan menghadirkan berbagai kebaikan dan ketelitian dalam melaksanakan pertandingan olahraga agar dapat berhasil dengan baik.
Seperti halnya VAR (Video Assistant Referee) dalam pertandingan Pencak Silat dalam PON XXI 2024 Aceh-Sumatera Utara, digunakan untuk memastikan keputusan wasit lebih akurat dengan meninjau rekaman video dari berbagai sudut.
VAR dapat membantu mengevaluasi keputusan penting seperti poin, pelanggaran, atau insiden kontroversial yang mungkin terlewat oleh wasit di lapangan. Dengan sistem ini, diharapkan keputusan dalam pertandingan menjadi lebih adil dan tepat.
Salah satu contohnya, Pesilat Banten Irpan Maulana sukses meraih kemenangan atas pesilat Aceh Husnul Ramadhan, di Kelas G Putra. Pertarungan Irpan lawan Husnul diwarnai drama keberatan dari kubu Banten dan Aceh. Setidaknya, ada empat keberatan disampaikan kepada wasit dan juri cabor pencak silat.
Pihak panitia pertandingan sampai harus menggunakan VAR (Video Assistant Referee) untuk memverifikasi keberatan dari kedua kubu.
Dalam pertandingan Pencak Silat tersebut, VAR dikenal sebagai Instant Video Replay (IVR) dan telah digunakan pada Asian Games 2018, Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) 2019 dan PON XX Papua. Namun, sistem IVR tersebut masih mengandalkan video player desktop biasa, yang mengakibatkan keterlambatan dalam mencari kejadian tertentu. Terutama terjadi ketika banyak sudut pandang kamera yang perlu diperiksa, sehingga dapat menghabiskan waktu.
Namun, terlepas dari kekurangan yang ada di IVR, dari sisi positifnya, penggunaan VAR merupakan langkah besar yang dilakukan oleh Pengurus Besar Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia (PB IPSI) untuk mendorong adanya kemajuan teknologi dalam pertandingan. Terutama untuk mendorong keikutsertaan cabor pencak silat dalam gelaran Olimpiade.
Dikutip dari laman Kemenpora, Sekjen PB IPSI Teddy Suratmadji mengatakan rencana aksi menuju Olimpiade 2036 perlu dukungan minimal 50 negara di lima benua dan mendorong untuk meningkatkan jumlah atlet serta penyelenggaraan kejuaraan nasional hingga internasional.
"Mendukung pengembangan pencak silat luar negeri dengan mengirimkan pelatih untuk menghasilkan pelatih dan wasit-juri internasional. Dan mendukung peralatan lomba kepada seluruh federasi pencak silat nasional seperti matras, pelindung tubuh, sistem skor IT dan VAR," katanya.
Sementara itu, saat ditemui di GOR Veteran Medan pada pertandingan puncak, Ketua Panitia Cabang Pencak Silat PON XXI Aceh-Sumut Dahliana mengatakan kehadiran VAR turut membantu dewan juri dalam mengambil keputusan jika ditemukan keragu-raguan dalam proses penilaian.
"VAR responnya sangat positif tidak ada keragu-raguan pelatih pada saat mungkin juri memberi penilaian atau keputusan," ujar Dahliana di Medan, Jumat (13/9/2024).
Penggunaan VAR yang ditampilkan secara transparan kepada publik menjadi yang pertama dalam sejarah penyelenggaraan PON. VAR ini sebetulnya memang telah diterapkan pada PON XX Papua, namun saat itu hanya dewan juri saja yang bisa melihat.
Kali ini, baik dewan juri, wasit, pemain, pelatih, bahkan publik bisa langsung melihat tayangan ulang secara detail ketika ditemukan adanya keragu-raguan. Pelanggaran dan poin bisa langsung terlihat dan bisa diterima oleh semua pihak.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua Umum IPSI Jawa Barat Phinera Wijaya mengaku penggunaan VAR dalam pencak silat adalah upaya untuk menggaungkan fair play dalam pertandingan karena semua bisa melihat apa yang luput dari pandangan wasit.
"Wasit itu juga manusia pasti ada luputnya, jadi dengan adanya VAR ini sangat membantu sekali, baik untuk atlet, pelatih hingga penonton," katanya.
"Tentu hal ini merupakan transformasi digital yang baik untuk insan pencak silat, karena selalu berinovasi dan mengembangkan teknologi di dunia persilatan," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, pasangan suami istri pesilat dari Kalimantan Timur (Kaltim) - Jawa Timur (Jatim) Iqbal Chandra Pratama dan Sarah Triah Monita mengaku keberadaan VAR sangat membantu dalam pertandingan tentunya sebagai upaya agar pencak silat makin disukai dan dikenal masyarakat luas, tidak hanya Indonesia tapi juga dunia.
"Tentu arahnya agar pencak silat bisa ke olimpiade, Alhamdulillah kemarin PB IPSI juga melaksanakan eksibisi saat di olimpiade Paris," kata Iqbal.
Di samping itu, VAR di dunia pencak silat semakin menegaskan bahwa olahraga keindahan dan ketangkasan itu semakin berkembang.
"Membuktikan bahwa pencak silat semakin modern dan berkembang. Kita tidak abu-abu lagi tentang pelanggaran dan poin. Semua orang harus menerima karena jelas-jelas ada VAR," kata dia. (*)