- Berita
- Spot Light
- 09 Sep 2024
MEDAN - Guyuran hujan yang deras tak menjadi penghalang bagi para legenda olahraga Sumatera Utara untuk berkumpul dalam acara temu kangen bertajuk "Awak Masih Ada".
Acara yang digelar di Pos Bloc Medan, Minggu (8/9/2024) malam, penuh kehangatan meski hujan panjang di luar membuat cuaca dingin dan basah. Para legenda ini, meskipun usia mereka telah memasuki kepala enam bahkan tujuh, tetap semangat hadir untuk mengenang masa kejayaan dan membagikan pengalaman kepada generasi muda.
Sutiyono, legenda balap sepeda Indonesia, Mardi Lestari, pelari tercepat Asia di zamannya, Nobon Kayamudin, maestro sepak bola Sumut, hingga Lydia Titaley, sang atletik handal, semua berkumpul bersama. Mereka tidak hanya sekadar bernostalgia, tetapi juga berharap agar prestasi yang pernah mereka ukir dapat menjadi inspirasi bagi atlet-atlet muda, terutama mereka yang tengah berjuang di PON XXI/2024 Aceh-Sumut.
"Ini momen yang sangat berharga bagi kami. Terima kasih kepada Miftakhul Fahamsyah yang telah menginisiasi acara ini. Sebagai jurnalis dari Jawa Timur, dia menunjukkan perhatian besar kepada kami, para mantan atlet Sumut. Kami berharap pertemuan ini bisa memicu semangat baru bagi atlet muda Sumut untuk kembali mengharumkan nama daerah dan bangsa," ujar Jan Piter Napitupulu, Ketua Ikatan Mantan Atlet Nasional Sumut, yang pernah mengharumkan nama Indonesia di cabang karate.
Para legenda ini, dengan segala kerendahan hati, menyadari bahwa waktu telah mengikis fisik mereka, namun semangat untuk melihat penerus yang lebih baik tak pernah padam. Sutiyono, yang pernah menjadi bintang di lintasan balap sepeda, merasa terharu bisa berkumpul dengan rekan-rekannya.
"Kesempatan langka seperti ini sangat berarti. Terima kasih kepada Miftah dan rekan-rekan wartawan yang telah memfasilitasi kami. Ini memberi motivasi kepada para atlet muda yang sekarang berjuang di PON agar bisa lebih baik dari kami," ujarnya dengan mata yang berbinar.
Mardi Lestari, yang pernah mencatatkan rekor sebagai pelari tercepat Asia, pun merasakan hal yang sama. Di balik sosok yang dulu perkasa di lintasan, kini ia hanya berharap ada penerus yang mampu melampaui pencapaiannya.
"Itu cerita lama. Saya tidak lagi Lestari, tapi semoga ada pelari baru dari Sumut yang mampu melanjutkan estafet prestasi," katanya dengan nada optimis namun penuh kerendahan hati.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang berkumpul, tapi juga sebuah pengingat bahwa sejarah olahraga Sumut tak boleh berhenti di era mereka. Mereka ingin generasi muda mengulangi kejayaan yang pernah mereka capai, bahkan lebih baik lagi. Bagi mereka, prestasi bukan hanya tentang masa lalu, melainkan juga tentang membuka jalan bagi masa depan yang lebih gemilang.
Hadir pula di acara ini legenda-legenda lainnya seperti Semi Suharto (polo air), Joseph Lumi (atletik), dan Ade Nurlaila (atletik). Mereka semua datang dengan satu harapan yang sama:agar api semangat olahraga Sumut terus menyala di hati para penerus.
Sementara Penggagas Kegiatan itu, Miftakhul Fahamsyah mengatakan, kegiatan itu berawal dari rasa rindunya melihat sosok-sosok olahragawan yang pernah mengharumkan nama Indonesia di panggung dunia, yang kebetulan berasal dari Sumut.
Momen PON 2024 yang sedang berlangsung di Aceh dan Sumut menurutnya merupakan saat yang tepat untuk mengobati rindunya, sebagai jurnalis olahraga Jawa Timur yang juga mengetahui nama-nama masyhur para legenda tersebut.
Fim, sapaan Miftakhul, juga berterima kasih kepada Indra Efendi Rangkiti, seorang dosen yang juga pemerhati olahraga yang dekat dengan para legenda olahraga itu. Pertolongan dari Indra akhirnya membuat rasa kangen sekaligus penasarannya melihat kondisi para legenda itu terwujud.(*)