- Berita
- Spot Light
- 11 Jun 2024
Stadion Sriwedari adalah awal. Di dan dari stadion yang terletak di jantung kota Solo itulah Pekan Olahraga Nasional (PON) dimulai. Solo menghelat PON edisi perdana pada 1948.
Gelaran PON bermula dari urungnya Indonesia tampil di Olimpiade 1948 London. Ketika itu, Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) melalui Komite Olahraga Republik Indonesia (KORI), mengajukan diri untuk ambil bagian di Olimpiade 1948.
Namun, Indonesia dinyatakan tak memenuhi syarat. Induk organisasi olahraga Indonesia belum terafiliasi dengan federasi olahraga internasional. Di sisi lain, Inggris tidak bisa menerima paspor Indonesia. Jika atlet Indonesia mau tampil di Olimpiade 1948, maka Indonesia harus bergabung dalam kontingen Belanda atau dengan kata lain harus bendera Belanda. Indonesia dengan tegas menolak penawaran Inggris. Sebab, Indonesia merupakan negara merdeka.
Urung ke Olimpiade 1948, PORI kemudian menginisiasi ajang olahraga di dalam negeri untuk menjaga api semangat para atlet yang sebelumnya dipersiapkan ke Olimpiade. Dari situ lahirnya PON. Solo dipilih sebagai tuan rumah pertama. Selain, Solo memiliki fasilitas Stadion Sriwedari, PORI juga lahir dan berkantor di Solo.
PON edisi pertama digelar 8-12 September 1948. PON I diikuti oleh 13 karisidenan. Diantaranta Solo, Yogyakarta, Banyumas, Semarang, Bojonegoro, Jakarta, dan Priangan. Selain itu, juga ada Surabaya, Malang, Magelang, Kediri, Madiun, dan Pati. Tuan rumah Solo tampil sebagai juara umum PON I.
Setelah dari Solo, PON bergerak ke berbagai wilayah di Indonesia. Jakarta menjadi tuan rumah PON II pada 1951. Tak seperti PON I yang pesertanya adalah karisidenan, di PON II kontestannya merupakan provinsi. Yang ambil bagian pun tak lagi berkutat wilayah di Pulau Jawa. Tapi, juga datang dari luar Pulau Jawa.
Sepuluh provinsi menjadi peserta PON II. Kontestan PON II antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Selain itu ada Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Maluku. PON II menjadi milik Jawa Barat yang keluar sebagai juara umum.
Dari Jakarta, gelaran PON kemudian secara berturut-turut dihelat di Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, lalu Jawa Barat. DKI Jakarta kembali menjadi tuan rumah PON VI. Tapi, PON VI yang saat itu sudah berada di depan mata urung digelar. Hal tersebut lantaran memanasnya eskalasi politik Indonesia menyusul peristiwa G30S PKI.
PON bergulir lagi pada 1969. PON VII tersebut digelar di Jawa Timur. PON VII sekaligus menjadi pertanda perubahan orde kepemimpinan di Indonesia. Sebab, setelah itu, PON digelar tersentral di Jakarta.
Ya, setelah PON VII di Jawa Timur, tujuh edisi PON berikutnya, semua dilangsungkan di Jakarta. Mulai dari PON VIII hingga PON XIV.
Reformasi 1998 mengubah banyak hal. Tak terkecuali PON. Setelah gerbong reformasi 1998 bergerak, PON kembali digelar di berbagai daerah.
Jawa Timur menjadi pembuka. Provinsi paling timur di Pulau Jawa tersebut menjadi tuan rumah PON VX 2000. Dari Jawa Timur, PON kemudian dihelat di Sumatera Selatan. Kalimantan Timur menjadi tuan rumah berikutnya.
Selepas Kalimantan Timur, PON kemudian dihelat di Riau. Jawa Barat menjadi tuan rumah berikutnya. PON lalu bergerak ke ujung timur bumi Indonesia. Ya, PON XX 2021 digelar di tanah Papua.
Kini, setelah digelar di ujung timur Indonesia, PON bakal dihelat di wilayah paling barat Indonesia. Bersama Sumatera Utara (Sumut), Aceh menjadi tuan rumah PON XXI 2024.
Ini menjadi kesempatan kedua Sumut dan yang pertama bagi Aceh. PON XXI Aceh-Sumut menjadi sejarah tersendiri. Ini merupakan kali pertama PON digelar di dua provinsi. Kedua provinsi pun telah sepakat menyatukan suara: bersatu kita juara.
Sumber foto: Kompas